Disuatu hari yang agak mendung, dua remaja labil sedang duduk-duduk dan bersenda gurau di ruang PKn.
Mereka adalah Agung Ma'ruf dan M. Rizki Mufty. Entah apa yang mereka lakukan, tak ada seorang pun yang tahu. Yang kami tahu adalah, mereka itu labil. Ya, labil. L, A, B, I, L.
Ketika mereka bersama, mereka selalu menciptakan sesuatu yang ajaib. Dan ketika mereka sedang duduk-duduk di ruang PKn untuk meratapi kesuraman hidup mereka, terciptalah bait demi bait puisi yang mereka rangkai sedemikian rupa. Puisi itu dipersembahkan untuk
ALWAN RIMIDIN
Goresan Pena : Agung Ma'ruf dan M. Rizki Mufty
Bocah ingusan bertubuh kerempeng
Tertinggal jauh dari rombongan
Dibuang oleh negara tetangga
Lautan api yang mengering
Bocah ingusan bertubuh kerempeng
Sayat-sayat pisau di dada
Ikhlas menahan tangis
Jerit dari sang pelahap maut
Kaki bagai jurang berangin
Berbulu bagai singa mangsai
Cacar di pipi
Tanda sayang dari merapi
Selamat tinggal teman lama
Suara tawamu
Selalu kami simpan disini
Didalam hati sang babi
Semoga arwahmu
Selalu dilindungi
Amiiin
___________________________________________________________________________
Yak, itulah dia puisi aneh bin ajaib yang berhasil mereka rangkai. Sungguh menarik bukan?
Entah apa maksudnya mereka membuat puisi seperti itu, kami pun tak tahu.
Yah, semoga ini merupakan langkah awal bagi Agung dan Rizki untuk mengecap kesuksesan di indahnya dunia per-puisi-an.
PS : Bagi kalian yang ada tugas untuk membuat atau membaca puisi oleh guru Bahasa Indonesia di sekolah, mungkin puisi diatas bisa dipakai :p
gyahahahaha
hahahaha
puisi karya kalian yang lain ga berani aku publikasikan :p